A Latar Belakang Hadits Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan yang tak dapat diragukan lagi. Hadits Nabi merupakan sumber ajaran Islam, di samping al-Qur'an. "Hadits atau disebut juga dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir-nya. matandan mukharrij pengertian sanad isnad. Memahami Istilah Sanad dan Isnad dalam Hadits. Desember 17, 2021. Mari Donasi. Donasi di Rumahinfaq, Transfaran dan Profesional Berbasis Dakwah. PPM Yayasan Rumah infaq adalah sebuah lembaga menghimpun dan mendayagunakan dana Infaq, Zakat , shadaqah , wakaf dan dana social individu mapun B Struktur hadith, sanad, matan dan mukharrij 11 BAB II HADITH SEBAGI SUMBER AJARAN AGAMA 15 A. Dalil-dalil kehujjahan hadith 15 Dalil-dalil al-Qur'an 15 2. Dalil-dalil kehujjahan al-sunnah 22 3. Al-Ijma' 24 B. Fungsi hadith terhadap al-Qur'an 26 BAB III SEJARAH HADITH PRA KODIFIKASI 39 A UNSUR-UNSUR (STRUKTUR HADITS) 1. Pengertian Sanad. Sanad menurut bahasa berarti sandaran, tempat kita bersandar. Sanad secara bahasa dapat diartikan pula al-mu`tamad المعتمد) (, yaitu yang di perpegangi (yang kuat) / yang bias di jadikan pegangan atau dapat juga di artikan : Keaslianhadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap sangat penting mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah dari ucapan para sahabat maupun tabi'in di mana hal ini sangat membantu dalam area perkembangan dalam fikih (Suhaib Hasan, Science of Hadits). . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad rantai penutur, matan redaksi hadits, dan mukharrij rawi. Berikut ini contoh hadits yang memuat ketiga unsur tersebut. Artinya “Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’i al-Qaisi, katanya telah menceritakan kepadaku Abu Hisyam al-Mahzumi dari Abu al-Wahid, yaitu Ibnu Ziyad, katanya telah menceritakan kepadaku Utsman bin Hakim, katanya telah menceritakan kepadaku Muhammad bin al-Munkadir dari Amran, dari Usman bin Affan ia berkata Barang siapa yang berwudhu dengan sempurna sebaik-baik wudhu, keluarlah dosa-dosanya dari seluruh badannya, bahkan dari bawah kukunya’.” Muslim Dari nama Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’il Qaisi sampai dengan Usman bin Affan adalah sanad hadits tersebut. Mulai kata man tawadda’ sampai kata tahta azfarih, adalah matannya, sedangkan Imam Muslim yang dicatat di ujung hadits adalah perawinya, yang disebut juga mudawwin. B. Identifikasi Masalah 1. Sanad Hadits 2. Matan Hadits 3. Mukharrij 4. Kedudukan Sanad dan Matan Hadits C. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan sanad hadits? 2. Apa yang dimaksud dengan matan hadits? 3. Apa yang dimaksud dengan Mukharrij? 4. Bagaimana kedudukan sanad dan matan di dalam hadits? BAB II PEMBAHASAN A. Sanad Hadits 1. Pengertian Sanad Hadits Secara harfiah kata sanad berarti sandaran, pegangan mu’tamad. Sedangkan definisi terminologisnya ada dua sebagai berikut 1. Mata rantai orang-orang yang menyampaikan matan. 2. Jalan penghubung matan, yang nama-nama perawinya tersusun. Jadi, sederet nama-nama yang mengantarkan sebuah hadits itulah yang dinamakan sanad, atau dengan sebutan lain sanad hadist. Sanad ialah rantai penutur/perawi periwayat hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya kitab hadits hingga mencapai Rasulullah SAW. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Contoh Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh Syu’bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW beliau bersabda “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri”. Bukhari. Maka sanad hadits bersangkutan adalah Al-Bukhari >Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW. Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thaqabah sanad akan menentukan derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits. Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Al Hadits terkait dengan sanadnya ialah - Keutuhan sanadnya - Jumlahnya - Perawi akhirnya Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam. Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi. 2. Isnad, Musnid, dan Musnad a. Isnad Dari segi bahasa, isnad berarti mengangkat hadist hingga pada orang yang mengucapkannya. Isnad merupakan bentuk atau proses. Sedangkan sanad adalah keadaannya. Namun demikian, sebagian dari ahli hadits menyatakan bahwa kata isnad bermakna sama dengan kata sanad, yakni merupakan jaring periwayatan hadits. Menurut Ibn al-Mubarak, isnad termasuk bagian dari agama, seandainya tidak ada isnad niscaya orang akan berbicara sembarang, menurut apa maunya. b. Musnid Musnid adalah orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik mempunyai ilmunya maupun tidak kecuali ia mengisnadkan hadits seorang diri. c. Musnad Adapun musnad adalah materi hadits yang diisnadkan. Dalam pengertian istilah, kata musnad mempunyai tiga makna, yaitu 1 Kitab yang menghimpun hadits sistem periwayatan masing-masing shahabat, misalnya Musnad Imam Ahmad; 2 Hadits marfu’ yang muttashil sanadnya, maka hadits yang demikian dinamakan hadits musnad; 3 Bermakna sanad tetapi dalam bentuk Mashdar Mim. B. Matan Hadits Secara harfiyah matan berasal dari bahasa Arab matn yang berarti apa saja yang menonjol dari permukaan bumi, berarti juga sesuatu yang tampak jelas, menonjol, punggung jalan atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas, matnul-ard berarti lapisan luar/kulit bumi, dan yang berarti kuat/kokoh. Sedangkan menurut peristilahan Ilmu Hadits, al-Badr bin Jama’ahmemberikan batasan pengertian matan yakni - Matan adalah redaksi kalam yang berada pada ujung sanad. - Matan adalah kata-kata redaksi hadits yang dapat dipahami maknanya. Matan hadits juga disebut dengan pembicaraan atau materi berita yang diover oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah SAW, sahabat ataupun tabi’in. Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi atau perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi SAW. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matan adalah redaksi atau teks bagi hadist. Dari contoh sebelumnya makamatan hadits bersangkutan ialah "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri" Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadist ialah ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan, matan hadist itu sendiri dalam hubungannya dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya apakah ada yang melemahkan atau menguatkan dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran apakah ada yang bertolak belakang atau tidak. Selama sejarah kehaditsan, konsep ajaran yang dibawa oleh Rasul hampir semuanya dinarasikan/dibahasakan kembali oleh para sahabat dengan Faqahah dan skill kebahasaan mereka masing-masing, tak terkecuali hadits qauli yang selanjutnya diteruskan oleh generasi sesudahnya dengan kapasitas yang beragam dan sangat personal. Sehingga dapat dimaklumi jika lafazh yang merumuskan konsep ajaran tersebut banyak memiliki redaksi yang berbeda-beda sebagaimana terdokumentasikan dalam berbagai kitab koleksi dan kadang lafazhnya tidak fasih rakikul-lafdh. Seperti itulah riwayah bil-ma’na. Sehingga merupakan kesalahan yang fatal jika seseorang mengkulturkan lafadh matan dan menganggapnya sakral. Karena hadits sangatlah berbeda dengan al-Qur’an yang qath’iyyuts-tsubut sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah dalam surat al-Hijr ayat 9 tentang keterjaminan otentisitas al-Qur’an baik dari segi teks maupun substansi doktrinalnya. Tata letak matan dalam struktur utuh penyajian hadits senantiasa berada pada ujung terakhir setelah penyebutan sanad. Kebijakan peletakan itu menunjuk fungsi sanad sebagai pengantar data mengenai proses sejarah transfer informasi hadits dari nara sumbernya. Dengan kata lain, fungsi sanad merupakan media pertanggungjawaban ilmiah bagi asal-usul fakta kesejarahan teks hadits. C. Mukharrij Makna harfiah kata mukharrij yang berasal dari kata kharraja adalah orang yang mengeluarkan. Makna tersebut juga bisa didatangkan dari kata akhraja dengan isin fa’ilnya mukhrij. Menurut para ahli hadits, yang dimaksud dengan mukharrij adalah sebagai berikut Mukhrij atau mukharrij orang yang berperan dalam pengumpulan hadits. Dapat juga didefinisikan Mukharrijul Hadits adalah orang yang menyebutkan perawi hadits. Istilah ini berbeda dengan al-muhdits/al-muhaddits yang memiliki keahlian tentang proses perjalanan hadits serta banyak mengetahui nama-nama perawi, matann-matan dengan jalur-jalur periwayatannya, dan kelemahan hadits. Siapapun dapat disebut sebagai mukharrij ketika ia menginformasikan sebuah hadits baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan menyertakan sanadnya secara lengkap sebagai bukti yang dapat dipertanggnung jawabkan tentang kesejarahan transmisi hadits. Yang pasti, mukharrij merupakan perwi terakhir orang yang terakhir kali menginformasikan dalam silsilah mata rantai sanad. Dengan demikian dapat dipahami bahwa apa yang dimaksud denganmukharrij atau mukhrij adalah perawi hadits rawi, atau orang-orang yang telah berhasil menyusun kitab berupa kumpulan hadits, seperti al-Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, dsb. Dalam contoh hadits di atas al-Bukhari adalah seorang mukharrij / mukhrij / rawi bagi sebuah hadits. Setiap orang yang bergelut dalam bidang hadits dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut 1. Al-Talib; adalah orang yang sedang belajar hadits. 2. Al-Muhadditsun; adalah orang yang mendalami dan menganalisis hadits dari segi riwayah dan dirayah. 3. Al-Hafidz; adalah orang yang hafal minimal hadits. 4. Al-Hujjah; adalah orang yang hafal minimal hadits. 5. Al-Hakim; adalah orang yang menguasai hal-hal yang berhubungan dengan hadits secara keseluruhan baik ilmu maupun mushthalahul hadits. 6. Amirul Mu’minin fil hadits; ini adalah tingkatan yang paling tinngi. Menurut syeikh Fathuddin bin Sayyid al-Naas, al-muhaddits pada zaman sekarang adalah orang yang bergelut/sibuk mempelajari hadits baik riwayah maupun dirayah, mengkombinasikan perawinya dengan mempelajari para perawi yang semasa dengan perawi lain sampai mendalam, sehingga ia mampu mengetahui guru dan gurunya guru perawi sampai seterusnya. D. Kedudukan Sanad dan Matan Hadits Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau ditolak dan hadits yang shahih atau tidak shahih untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum Islam. Para ahli hadits sangat berhati-hati dalm menerima suatu hadits, kecuali apabila mengenal dari siapa perawi hadits tersebut menerima hadits tersebut dan sumber yang disebutkan benar-benar dapat dipercaya. Pada masa Abu Bakar dan Umar periwayatan hadits diawasi secara hati-hati dan suatu hadits tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh orang lain. Ali tidak menerima hadits sebelum orang itu disumpah. Perhatian sanad di masa sahabat, yaitu dengan menghapal sanad-sanad itu dan mereka mempunyai daya ingat yang luar biasa. Maka terpeliharalah sunnah Rasul dari tangan-tangan ahli bid’ah dan para pendusta. Ibn Hazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari orang yang dipercaya hingga sampai kepada Nabi SAW dengan bersambung-sambung para perawinya adalah suatu keistimewaan dari Allah, khususnya orang islam. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad rantai penutur, matan redaksi hadits, dan mukharrij rawi. Sanad ialah rantai penutur/perawi periwayat hadits. Matan adalah redaksi/isi dari hadist. Mukhrij atau mukharrij orang yang berperan dalam pengumpulan hadits. Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau ditolak dan hadits yang shahih atau tidak shahih untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum Islam. DAFTAR PUSTAKA Solahudin, M. dkk, 2009, Ulumul Hadis. Bandung Pustaka Setia Mudasir, H. dkk, 2008, Ilmu Hadis. Bandung Pustaka Setia Munzier Suparta, 2006. Ilmu Hadis. Jakarta PT RajaGrafindo Persada 100% found this document useful 1 vote2K views11 pagesOriginal Titlestruktur-hadisCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote2K views11 pagesStruktur HadisOriginal Titlestruktur-hadisJump to Page You are on page 1of 11 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 10 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID y4DfB4LhWidG_D7K0Fc7T-ZQ9Sij_9ht3PhM7r0uYf7XdpwkiIJH0w== BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-qur’an adalah petunjuk kehidupan semua umat islam. Tidak hanya al-qur’an saja tetapi umat muslim juga memerlukan penjelasan dalam menerapkan kebaikan di dunia dan diakhirat terutama dari perilaku baik Nabi Muhammad SAW yang merima wahyu. Penjelasan-penjelasannya bisa dari perbuatan dan pengucapannya yang akan diriwayatkan dan dibukukan, yaitu keilmuan islam yang disebut dengan hadis. Dengan demikian hadis ini menepati posisi kedua setelah Al-qur’an. Hadis ini memang berbeda dari al-qur’an. Semua ayat-ayat Al-qur’an diturunkan secara mutawatir, tetapi pada hadis diriwayatkan dari perbuatan dan pengucapan maupun pernyataan atau pengakuan dari Nabi, Sahabat Nabi dan hadis juga membutuhkan penelitian dengan cara mengetahui struktur hadis yaitu matan, sanad, dan mukharrij rawi, tiga unsur tersebut itulah terpenting dalam sebuah hadis Nabi. Untuk itu dalam pembahasan makalah ini kami akam menyajiakan bahan diskusi kami yang berjudul Struktur Hadis Sanad, Matan dan Mukharrij Rawi. Kami akan memaparakan pengertian dari Sanad, Matan, dan Mukharrij beserta contohnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Sanad dan berikan contohnya? 2. Apa pengertian dari matan dan berikan contohnya? 3. Apa pengertian dari mukharrij rawi dan berikan contonya? C. Tujuan Penulisan 1. Agar dapat mengetahui pengertian dari sanad dan contohnya. 2. Dapat memahami pengertian dari matan dan contohnya. 3. Dapat memahami pengertian dari mukharrij dan contonya. BAB II PEMBAHASAN A. SANAD 1. Pengertian Sanad Sanad menurut bahasa artinya “Sandaran”, atau sesuatu yang dijadikan sebagai sandaran. Maksudnya adalah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadis dan menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal sebelum pencatat hadis dan berakhir pada ran sebelum Rasulullah SAW yaitu Sahabat. Dikatakan demikian, karena suatu hadis bersandar kepadanya. Sedangkan pengertian sanad menurut istilah ilmu hadis, banyak ulama yang mengemukakan, diantaranya adalah a. As-suyuti dalam bukunya Tadrib ar Rawi, hal 41, menulis اَ لإِخْبَارُعَنْ طَرِيْقِ الْمَتَنِ “Berita tentang jalan matan”. b. Mammud at Tahhan, mengemukakan sanad adalah سِلْسِلَةُ الرِّجَا لَ الْمُوْصِلَةِ اِليَ الْمَتَنِ “Silsilah para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis”.[1] Di dalam bidang ilmu hadis sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahi atau dhaifnya suatu hadis. Tidak sembarangan orang bisa meriwayatkan suatu hadis, hanya orang-orang tertentu saja itupun harus memenuhi syarat-syarat agar dapat meriwayatkan suatu hadis yaitu diantaranya Para membawa hadis harus lah adil, taqwa, tidak fasid, menjaga kehormatan diri, dan mempunyai daya ingat yang tinggi. Sanadnya bersambung dari suatu periwat kepada periwayat lain sampai kepada sumber berita pertama maka sanadnya dinilai shahih. Tetapi apa bila dari salah satu persyartan tersebut orang itu fasid maka hadis itu disebut dhaif palsu. 2. Contoh Sanad حَدَّثّنَا مُحَمَّدُبْنُ الْمُثَنَّى قَالَحَدَّثَنَا عَبْدُالْوَهَّا بِ الثَّقَفِى قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوْبُ عَنْء أَبِي قِلَ بَةَ عَنْ اَنَّسْ النَبِّى رسول الله عليه قَالض ثَلاَ ثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِوَجَدَحَلاَ وَةَالإِيْمَانِ أَنْ يَكُوْنَ الله ورسو لُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّاسِوَاهًمَا,وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَلاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ, وُأَنْ يُكْرِهَ أَنْ يَعُوْدَفِى الكُفْرِكَمَا يَكْرَهُ أَنْ يَقْذِفَ فِى النَّا رِ رواهالبخارى “Telah memberitahu kepadaku Muhammad Ibn al-Mutsana, ia berkata Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi mengabarkan kepadaku, ia berkata Telah bercerita kepadaku Ayyub atas pemberitaan Abi Qilabah dari Anas dari Nabi SAW sabdanya Tiga perkara, yang barang siapa mengamalkannya niscaya memperoleh kelezatan iman, yaitu 1 Allah dan Rasul-Nya hendaknya dicintai daripada selainnya, 2 Kecintaan kepada seseorang, tidak lain karena Allah semata-mata, 3 Keengganan kembali kepada kekufuran, seperti keinginannya dicampakkan keneraka. HR. Bukhari.[2] Dari hadis diatas dapat dijelaskan 1. Matan hadinya dimulai dengan kata-kata tsalatsun sampai dengan an yuqdzafa finnar. 2. Hadis diatas diterima Imam Bukhari melalui sanad-sanad. a. Muhammad Ibn Al-Mutsanna Sanad pertama b. Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi Sanad kedua c. Ayyub Sanad ketiga d. Abi Qilabah Sanad keempat e. Anas Ra Sanat kelima, hingga sampai kepada Nabi SAW. Dalam hal ini dapat pula dikatakan bahwa sabda Nabi SAW diatas disampaikan oleh a. Anas Ra Sebagai Rawi pertama b. Abu Qilabah Rawi kedua c. Ayyub Rawi ketiga d. Ats-tsaqafi Rawi keempat e. Muhammad Ibnu Mutsanna Rawi kelima f. Hingga sampai Imam Bukhari sebagai rawi terakhir. Sehinnga Imam Bukhari merupakan sanad pertama dan rawi terakhir bagi kita.[3] B. MATAN 1. Pengertian Matan Kata “Matan” atau “al-matn” menurut bahasa berarti ma irtafa’a min al-ardhi tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah a. Menurut muhammad at-Thahan مَايَنْتَهِى إِلَيْهِ السَّنَذُمِنَ الْكَلاَمِ “Suatu kalimat tempat berakhirnya sanad”. b. Atau dengan redaksi lain menurut Ajjaj al-khatib اَلْفاظُ الحَدِيْث اَلَّتِى تَتَقَوَّمُبِهَامَعَانِيْهِ “Lafaz-lafaz hadis yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu”. Dari semua pengertian diatas menunjukkan, bahwa yang dimaksud dengan matan adalah materi atau lafaz hadis itu sendiri. Posisi matan dalam sebuah hadis amatlah penting karena dari matan tersebutlah adanya berita dari Nabi atau berita dari Sahabat Nabi tentang Nabi baik itu tentang syariat ataupun lainnya.[4] 2. Contoh Matan كنا نصلى مع رسوالله صلعم في شدةاكحر,فإذالم يستطع أحذناأن يمكن جبهته من الأرض فبسطثو به فسجدعليه “Kami shalat bersama-sama Rasulullah SAW pada waktu udara sangt panas. Apabila salah seorang dari kami tak sanggup menekankan dahinya diatas tanah, maka ia bentangkan pakaiannya lantas sujud diatasnya”.[5] Dari penjelasan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa matan adalah tempat suatu berita atau materi baikm itu ucapan Nabi maupun Sahabat Nabi. C. Mukharrij Rawi 1. Pengertian Mukharrij rawi Mukharrij artinya yang mengeluarkan. Tiap-tiap orang yang mengeluarkan atau mencatat hadis. Mukharrij yaitu orang yang telah menukil atau mencatat sesuatu hadis pada kitabnya. Didalam Suatu hadis biasanya disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadis tersebut.[6] 2. Contoh Mukhariij Pada hadis yang pertama di contoh sanad yang disebut dengan mukharrij pada nama bagian yang terakhir yaitu HR. Bukhari. Adapun contoh lain yaitu Ibnu Malik, Mutafa’ Alaih, HR Abu Daud dan Majah, HR Tirmidzi dan lain-lain. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sanad adalah sandaran suatu hadis. Jalannya sanad bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi, dari rawi yang pertama sampai kepada rawi yang terakhir yaitu Sahabat Nabi. Matan adalah materi atau lafaz hadis yang mengandung makna. Posisi matan dalam hadis sangatlah penting karena dari matan tersebutlah adanya berita Nabi atau berita dari Sahabat Nabi tentang Nabi, baik itu tentang syariat ataupun lainnya. Mukhrrij adalah orang yang mengeluarkan suatu hadis. Biasanya disebutkan pada bagian yang terakhir suatu hadis. DAFTAR PUSTAKA Solahudin Agus dan Suyadi Agus. 2008. Ulumul Hadis. Bandung Pustaka Setia. Tzzan Ahmad dan Nur Saifudin. 2011. Ulumul Hadis. Bandung Buahbatu. Suparta Munzier. 2013. Ilmu Hadis. Jakarta Rajawali Press. [1] Agus Solahudin, dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis Pustaka Setia, 2008 hlm. 89 [2] Agus Solahudin, dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis Pustaka Setia, 2008 [3] Munzier Saputra, Ilmu Hadis Rajawali Press, 2013 [4] Munzier Saputra, Ilmu Hadis Rajawali Press, 2013 [5] Ahmad Tzzan, dan Saifudin Nur, Ulumul Hadis Buahbatu, 2011 [6] Munzier Saputra, Ilmu Hadis Rajawali Press, 2013 BAB I PENDAHULUAN Hadits merupakan sumber ajaran islam kedua setelah Al-Qur’an. Kedudukan hadits sangat urgen bagi sarana informasi mengenai syariat yang diajarkan nabi kepada umatnya. Masyarakat islam mutlak mengetahui dan memahami sumber ajarannya, yakni Al-Qur’an dan Hadits. Akan tetapi banyak muslim yang belum memahami tentang Hadits. Sebagian dari mereka yang sudah memahami akan tetapi dalam mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari mereka abaikan. Untuk memahami diperlukan pemikiran yang kritis sehingga dapat meneladani seluruh aspek kehidupan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Hadits berisi tentang riwayat kehidupan Rasulullah saw., yang berisi dasar hukum baik tentang qoulun nabi, fi’lun nabi, takhrirun nabi, maupun sifatun nabi. Di dalam suatu Hadits terdapat struktur Hadits, yang terdiri dari seorang perawi, Mukharrij dan sanad, begitupula terdapat matan hadits. 1. Apa yang dimaksud dengan sanad hadits? 2. Apa yang dimaksud dengan matan hadits? 3. Apa yang dimaksud dengan rawi hadits? 4. Apa pengertian dengan Mukhorrij hadits? 5. Apa pengertian dari periwayatan hadits? 1. Mengetahui apa itu sanad. 2. Mengetahui ap itu matan hadits. 3. Mengetahui apa itu rawi. 4. Mengetahui Mukhorrij Hadits. 5. Mengetahui periwayatan hadits. BAB II PEMBAHASAN Sanad Hadits “Sanad” adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar “sanada, yasnudu سند يسند , artinya “sandaran” atau “tempat bersandar” atau “tempat berpegang” atau berarti “yang dipercaya”, sebab hadits itu selalu bersandar padanya dan dipegangi atas kebenarannya.[1] Sedangkan menurut istilah ialah هو طريق المتن اي سلسلة الرواة الذين نقلواالمتن من مصدره الاول “Sanad adalah jalannya matan, yaitu silsilah para perawi yang memindahkan meriwayatkan hadits dari sumbernya”. Yang dimaksud istilah “silsilah orang” ialah susunan atau rangkaian matarantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullh saw., dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan, dan lainnya merupakan suatu materi atau matan hadits.[2] Dalam bidang ilmu hadits sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahih atau dhaifnya suatu hadits. Jika para pembawa hadits jika orang-orang yang cakap dan cukup persyaratan, yakni adil, taqwa, tidak fasik, menjaga kehormatan diri, dan mempinyai daya ingat kuat, sanadnya bersambung dari satu periwayat ke periwayat yang lainnya sampai kepada sumber berita pertama. Contoh sanad mengatakan Abdullah bin Yusuf berkata memberitahukan kepada kami Malik dari ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya berkata ”aku mendengar Rasulullah SAW. Membaca surat at-tur pada sholat maghrib.” HR Al-Bukhori.[3] Isnad, Musnad, dan Musnid Selain istilah sanad, terdapat istilah lainnya, seperti al-isnad, al-musnad, dan al-musnid. Istilah tersebut kaitannya sangat erat dengan istilah sanad. Istlah al-isnad berarti menyandarkan, mengasalkan mengembalikan ke asal, dan mengangkat. Maksudnya ialah رفع الحديث الى قائله او فاعله “menyandarkan hadits kepada orang yang mengatakannya Hasbi Ash-Shiddiqi,1985,43 Menurut Ath-Thibi, sebagaimana dkutip al-Qasimi, kata al-isnad dengan as-sanad mempunyai arti yang hampir sama atau berdekatan. Ibn Jama’ah mempertegas lagi menurutnya, bahwa ulama muhaditsin memandang kedua istilah tersebut mempunyai pengertan yang sama, yang keduanya dapat dipakai secara bergantian.[4] Dengan demikian, para ahli hadits bersepakat untuk mengatakan bahwa isnad merupakan cara pemindahan pengaksesan berita dari orang yang terpercaya kepada orang yang terpercaya lainnya, sampai kepada nabi Muhammad Saw sebagai pemilik awalnya.[5] Sedangkan musnid ialah المسند هو من يروي الحديث باسناده. سواء كان عنده علم به او ليس له الا مجرد روايته “Orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik mengetahui atau tidak mengetahui terhadap matan itu, tetapi ia sendiri menjadi sumber berita itu”.[6] Sedang musnad mempunyai beberapa arti 1. Hadits yang diriwayatkan dan disandarkan atau disanadkan kepada seseorang yang membawanya, seperti Ibn Syihab az-Zuhri, Malik bin Anas, dan Amarah binti Abd ar-Rahman. 2. Sebagai sebutan nama suatu kitab yang didalamnya menghimpun hadits-hadits dengan sistem penyusunannya berdasarkan nama-nama para sahabat perawi hadits, seperti kitab musnad Ahmad. Contoh Musnad Abdullah bin yusuf menceritakan kepada kami dari malik dari abu Az-zinad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu dia berkata sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda “ Jika anjing menjilat bejana salah seorang dari kalian hendaklah dia mencucinya sebanyak tujuh kali” Matan Hadits Matan menurut bahasa berarti ما صلب وارتفع من الارض tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah الفاظ الحديث التي تتقوم بها المعاني “Lafal-lafal hadits yang mengandung makna-makna tertentu”. ما ينتهي اليه السند من الكلام “Suatu kalimat yang menjadi tempat berakhirnya sanad”. Dari definisi di atas, maka matan ialah materi atau lafal hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah menyebutkan sanad sebelum perawi atau mudawwin. Dengan demikian, matan ialah pembicaraan kalam atau materi berita yang diterima oleh sanad terakhir, baik isi pembicaraan itu berupa sabda Nabi Saw., sahabat ataupun tabi’in, baik isi pembicaraan itu berupa perbuatan Nabi saw maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Saw.[7] Rawi Hadits Kata ra’wi atau ar-rawi, berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadits naqli al-hadits. Sebenarnya, antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang sama. Sanad-sanad hadits pada tiap thobaqoh atau tingkatannya juga disebut para rawi jika yang dimaksud rowi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Begitu juga setiap perawi, pada tiap-tiap thobaqoh-nya merupakan sanad bagi thobaqoh berikutnya. Yang membedakan dari kedua istlah tersebut yaitu dalam hal pembukuan hadits, orang yang menerima hadits-hadits, kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin, itu yang disebut rawi. Dengan demikian perawi dapat disebut dengan mudawwin orang-orang yang menghimpun dan membukukan hadits, sedangkan orang-orang lain tanpa membukukannya maka yang demikian disebut dengan sanad hadits.[8] Untuk lebih memperjelas uraian tentang sanad, matan dan rawi hadits, ikuti penjelasan hadits berikut حدثنا ابو بكر بن شيبة وابو كريب قال حدثنا ابو معاوية عن الاعمسي عن عمر بن عمير عن عبد الرحمن بن يزيد عن عبد الله قال قال لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يا معشر السباب من الستطاع منكم الباء فليتزوج فئنه اغض للبصر واحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه باالصوم فانله وجاء." رواه مسلم" Artinya “Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Quraib telah menceritakan hadits kepada kami, katanya, “Abu Muawiyah menceritakan hadits kepada kami, yang diterimanya dari Al a’masy, dari Umar bin Umair dari Abd Ar-Rahman bin Yazid, dari Abdullah bin Mas’ud, katanya, “Rasulullah Saw., telah bersabda kepada kami, wahai sekalian wahai pemuda! Barang siapa yang sudah mampu untuk melakukan pernikahan, maka menikahlah karena dengan menikah itu lebih dapat menutup mata dan lebih dapat menjaga kehormatan. Akan tetapi, barang siapa yang belum mampu melakukannya, baginya hendaklah berpuasa. Karena, dengan puasa itu dapat menahan hasrat seksual” HR. Al Bukhori dan Muslim Muslim 638 Dari nama abu Bakar bin Abi Syaibah sampai dengan Abdullah bin Mas’ud, merupakan silsilah atau rangkaian atau susunan orang-orang yang menyampaikan hadis. Mereka semua adalah sanad hadis tersebut, yang juga disebut jalan matan. Mulai kata yama’syara asy-syabab sampai dengan kata fa’innahu lahu wija’un, adalah matan. Oleh salah satu definisi, lafal tersebut disebut sebagai ujung atau tujuan sanad. Sedangkan nama al Bukhori dan Muslim yang ditulis pada akhir matan dsebut rawi orang yang meriwayatkan hadits. Karena keduanya masing-masing membukukan hadits, maka mereka disebut mudawwin yang membukukan hadits. Mukharrij Hadits Mukharrij ialah perawi hadits yang telah menghimpun hadits-hadits yang diriwayatkannya ke dalam kitab-kitab yang telah disusunnya, misalnya Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Turmudzy dan lain sebagainya. Di dalam kitab-kitab mereka semua komponen yang menjadi persyaratan, harus ada di dalam periwayatan hadits mereka, mulai dari matan dan sanad sampa pada metode penerimaan dan penyampaian hadits kepada orang lain al-Tahamul wa al-Ada’. Oleh sebab itu, diantara komponen satu dengan yang lain dalam periwayatan hadits, harus benar-benar ada, sebab hadits tidak cukup hanya dilihat dari matan dan matarantai sanadnya saja, melainkan diketahui pula siapa nama mukharrijnya-nya dan nama perawi pertama yaitu sahabat yang telah meriwayatkannya.[9] Contoh Mukhorrij al-Bukhori NO Nama perawi hadits Urutan sebagai perawi Urutan sebagai sanad 1 Anas bin Malik Perawi I Sanad V 2 Abu Qilabah Perawi II Sanad IV 3 Ayyub Perawi III Sanad III 4 Abdul Wahhab al Tsaqofiy Perawi IV Sanad II 5 Muhammad bin Mutsanna Perawi V Sanad I 6 Al-Bukhori Perawi VI Mukhorrij Hadits Periwayatan Hadits Istilah periwayatan sama artinya dengan istilah Arab al-riwayat الرواية, yaitu bentuk masdar dari kata rawa روى, yang berarti sama dengan kata al-naql النقل, artinya “penukilan” atau al-dzikr الذكر, artinya “penyebutan”. Arti tersebut dalam bahasa Indonesia diartikan sama dengan arti kata “sejarah” atau “cerita”, sehingga arti kata “periwayatan” adalah “sesuatu yang diriwayatkan “atau riwayat” dalam istlah Arab. Sedang menurut istilah ahli hadits, kata “periwayatan” diartikan dengan kata “al-riwayat, yaitu suatu kegiatan penerimaan dan penyampaian hadits serta penyandaran hadits kepada rangkaian matarantai para perawinya melalui bentuk-bentuk penerimaan dan penyampaian yang bersifat tertentu”. Dari definisi tersebut, jika di lapangan ternyata ditemukan seorang perawi yang telah menerima hadits dari perawi lain, tetapi ia tidak menyampaikannya kepada orang lain, maka ia tidak dapat disebut sebagai “orang yang telah melakukan periwayatan hadits”. Dan jika orang tersebut telah menyampaikan hadits kepada orang lain, tetapi ketika menyampaikannya tidak menyebutkan rangkaian matarantai para perawinya, maka ia tidak dapat disebut sebagai orang yang telah melakukan periwayatan hadits. Dengan demikian, unsur-unsur yang harus ada di dalam periwayatan hadits adalah a. Adanya kegiatan menerima hadits dari perawinya. Hal ini dikenal dengan istilah “rawi” atau “perawi”. b. Adanya kegiatan menyampaikan hadits kepada orang lain. Hal ini dikenal dengan istilah “penyampaian” atau “marwy” c. Adanya susunan matarantai para perawi ketika hadits disampaikan kepada orang lain. Hal ini dikenal dengan istilah “sanad/isnad”. d. Adanya kalimat yang menjadi pokok pembicaraan. Hal ini dikenal dengan sebutan “matan”. e. Adanya kegiatan yang berkenaan dengan seluk beluk penerimaan dan penyampaian hadits. Hal ini dikenal dengan istilah “tahammul wa ada’ al-hadits”.[10] BAB III PENUTUP Dalam struktur hadits terdapat 3 komponen yakni sanad rantai penutur, matan redaksi hadits, dan rawi. Sanad ialah susunan atau rangkaian matarantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullh saw. matan ialah materi atau lafal hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah menyebutkan sanad sebelum perawi atau mudawwin. sedangkan rawi ialah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Dan adapula istilah mukhorrij yaitu perawi hadits yang telah menghimpun hadits-hadits yang diriwayatkannya ke dalam kitab-kitab yang telah disusunnya. Dan juga periwayatan hadits, hal ini merupakan kegiatan penerimaan dan penyampaian hadits serta penyandaran hadits kepada rangkaian matarantai para perawinya melalui bentuk-bentuk penerimaan dan penyampaian yang bersifat tertentu. Diharapkan para pembaca dapat memahami struktur dalam Hadits melalui beberapa pengertian yang sudah ditegaskan didalam makalah ini. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, dan penulis berharap dari kritik dan saran pembaca agar lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi. Daftar Pustaka MZ, Zainuddin. 2011. Studi Hadits. SurabayaIAIN SA Press. Sahrani, Sohari. 2010. Ulumul Hadits. Bogor Galia Indonesia. Zein, Ma’shum, Muhammad. 2008. Ulumul Hadits&Mustholah Hadits. Jombang Darul Hikmah. [1] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008, [2] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010, [3] H. Zainuddin, MZ., Studi Hadits, Surabaya, IAIN SA, 2011, hlm. [4] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010, [5] H. Zainuddin, MZ., Studi Hadits, Surabaya, IAIN SA, 2011, hlm. [6] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008, [7] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008, [8] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 132 [9] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008, [10] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008,

struktur hadits sanad matan dan mukharrij